Minggu, 25 Maret 2018

Macam-Macam Model SDLC & Penjelasan Model Prototype





Sebelum kita membahas macam-macam model SDLC (System Delevelopment Life Cycle) saya akan menjelaskan sedikit tentang SDLC. SDLC menurut saya adalah suatu proses pengembangan perangkat lunak secara keseluruhan yang dimulai dari: planning, identifikasi, analisis, perancangan, implementasi, pengujian, deployment, pemeliharaan.
  
A.        Model-Model Proses Siklus Rekayasa Perangkat Lunak (SDLC)
            Model proses disebut juga dengan aliran kerja (workflow), yakni tata cara bagaimana elemen-elemen proses berhubungan satu dengan lainnya. Aliran kerja ini dapat juga disebut dengan siklus hidup (life-cycle) sistem yang dimulai dari sejak sistem diajukan untuk dibangun hingga saat ia ditarik dari peredaran. 

Fungsi utama model proses SDLC: 

  1. menentukan tahap-tahap yang diperlukan untuk pengembangan perangkat lunak.
  2. menentukan urutan pelaksanaan dari tahap-tahap tersebut dalam rangka pengembangan perangkat lunak.
  3. menentukan kriteria transisi/perpindahan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Model-Model Proses SDLC: 
  1. Waterfall
  2. Model V
  3. Model Prototyping
  4. Model Spiral
  5. Model Incremental
  6. Model RAD (Rapid Application Development)
  7. Model CBSE (Component Based Software Engineering)
  8. Model RUP (Rational Unified Process)

    Salah satu model yang menurut saya yang paling menarik adalah Model Prototype. Dan saya disini akan menjelaskan secara singkat tentang model tersebut. Selamat membaca :)


Model Prototype
    Metode Prototype merupakan suatu paradigma baru dalam metode pengembangan perangkat lunak dimana metode ini tidak hanya sekedar evolusi dalam dunia pengembangan perangkat lunak, tetapi juga merevolusi metode pengembangan perangkat lunak yang lama yaitu sistem sekuensial yang biasa dikenal dengan nama SDLC atau waterfall development model.
prototype
    Dalam Model Prototype, prototype dari perangkat lunak yang dihasilkan kemudian dipresentasikan kepada pelanggan, dan pelanggan tersebut diberikan kesempatan untuk memberikan masukan sehingga perangkat lunak yang dihasilkan nantinya betul-betul sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
    Perubahan dan presentasi prototype dapat dilakukan berkali-kali sampai dicapai kesepakatan bentuk dari perangkat lunak yang akan dikembangkan.
Teknik – teknik Prototyping Meliputi :
  1. Perancangan Model
  2. Perancangan Dialog
  3. Simulasi
Berikut adalah 4 langkah yang menjadi karakteristik dalam proses pengembangan pada metode prototype, yaitu :
  1. Pemilihan fungsi
  2. Penyusunan Sistem Informasi
  3. Evaluasi
  4. Penggunaan Selanjutnya
    Metode ini menyajikan gambaran yang lengkap dari suatu sistem perangkat lunak, terdiri atas model kertas, model kerja dan program. Pihak pengembang akan melakukan identifikasi kebutuhan pemakai, menganalisa sistem dan melakukan studi kelayakan serta studi terhadap kebutuhan pemakai, meliputi model interface, teknik prosedural dan teknologi yang akan dimanfaatkan.
prototype 2
Berikut adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Prototype, yaitu :
  • Pengumpulan kebutuhan
    Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
  • Membangun prototyping
    Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).
  • Evaluasi protoptyping
    Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan, apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan atau belum. Jika sudah sesuai, maka langkah selanjutnya akan diambil. Namun jika tidak, prototyping direvisi dengan mengulang langkah-langkah sebelumnya.
  • Mengkodekan sistem
    Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.
  • Menguji sistem
    Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, kemudian dilakukan proses Pengujian. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur, dll.
  • Evaluasi Sistem
    Pelanggan mengevaluasi apakah perangkat lunak yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan . Jika ya, maka proses akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya, namun jika perangkat lunak yang sudah jadi tidak/belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka tahapan sebelumnya akan diulang.
  • Menggunakan sistem
    Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.
    Model Prototyping ini sangat sesuai diterapkan untuk kondisi yang beresiko tinggi di mana masalah-masalah tidak terstruktur dengan baik, terdapat fluktuasi kebutuhan pemakai yang berubah dari waktu ke waktu atau yang tidak terduga, bila interaksi dengan pemakai menjadi syarat mutlak dan waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga butuh penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan dengan maksimal pada situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif dan mutakhir sementara tahap penggunaan sistemnya relatif singkat.
Berikut merupakan Jenis – jenis dari Prototyping :
  • Feasibility prototyping
    digunakan untuk menguji kelayakan dari teknologi yang akan digunakan untuk system informasi yang akan disusun.
  • Requirement prototyping
    digunakan untuk mengetahui kebutuhan aktivitas bisnis user.
  • Desain Prototyping
    digunakan untuk mendorong perancangan sistem informasi yang akan digunakan.
  • Implementation prototyping
    merupakan lanjutan dari rancangan prototype, prototype ini langsung disusun sebagai suatu sistem informasi yang akan digunakan.
  • Contoh Penerapan Metode Prototype.
    Sebuah rumah sakit ingin membuat aplikasi sistem database untuk pendataan pasiennya. Seorang atau sekelompok programmer akan melakukan identifikasi mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh pelanggan, dan bagaimana model kerja program tersebut. Kemudian dilakukan rancangan program yang diujikan kepada pelanggan. Hasil/penilaian dari pelanggan dievaluasi, dan analisis kebutuhan pemakai kembali di lakukan.
  • Kelebihan Model Prototype :
  •     Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil produk pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
  • Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
  • Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
  • Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
  • Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
  • Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
  • Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang diharapkannya.



  • Kekurangan Model Prototype :
  •     Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
  • Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
  • Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
  • Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.

Share: